Langsung ke konten utama

Bekam vs Kerokan

“Namanya pengobatan alternatif itu cocok-cocokan. Belum tentu metode pengobatan alternatif tertentu yang cespleng untuk pasien A cocok juga untuk pasien B”. Aku setuju banget sama statement ini.

Sama seperti antara pengobatan Bekam dan Kerokan. Kedua jenis pengobatan ini biasanya dipakai untuk yang lagi meriyang, masuk angin, dan badan greges-greges. Tapi khusus pengobatan bekam, pengobatan ini sudah berkembang dan katanya bisa ngobatin berbagai macam penyakit lainnya, nggak cuma masuk angin dan greges-greges.

Dibekam (Kop : red jawa) adalah metode pengobatan dengan cara menyedot udara dengan dibantu suatu alat tertentu pada bagian tubuh yang merupakan titik-titik akupuntur. Cara sederhana yang pertama kali aku tau dari Eyang Putri ku adalah dengan menggunakan gelas yang dimasukin api buat nyedot udaranya. Ntar apinya bisa padam sendiri kalo udara didalam gelasnya udah habis. Kalo saat ini sih alatnya udah semakin canggih, seperti pompa yang bisa nyedot udara dari gelas set nya.

Kalo kerokan itu sejenis pengobatan dengan cara mengerok bagian tubuh (biasanya punggung) dengan koin. Sebelum dikerok biasanya tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih, eh ada juga lho yang pake bawang merah sebagai ganti balsem. Pokoknya dikasi yang anget-anget gitu. Alat yang digunakan sederhana sekali, nggak ribet kayak metode bekam tadi, yaitu hanya dengan menggunakan koin, bisa uang receh gopek'an yang pinggirnya agak tumpul atau koin lainya. Tapi menurutku, diantara berbagai macam kion uang recehan yang paling enak dan nggak bikin sakit buat kerokan adalah koin cepek jaman dulu yang tebel dan ada gambarnya rumah adat. Atau kalo enggak uang receh Rp. 5 (mangpi) jaman dulu.

Aku sendiri udah pernah nyoba kedua jenis pengobatan itu. Dari eksperimen yang aku praktekan pada diriku sendiri, aku lebih suka kerokan daripada dibekam. Kenapa aku nggak suka dibekam? Karena dibekam itu mirip cipokan sama Aming yang punya bibir selebar bibir gelas, :P hehehe, sedot bang sedoott... Belom lagi tanda lingkaran merah yang segede gelas sehabis cipokan bekam itu, nggak banget deh. Aku lebih suka motif tato macan jowo sehabis kerokan yang menghias punggungku daripada motif polkadot merah sehabis bekam. heheheh.

Tapi semua balik lagi ke statement diatas tadi bahwa “Namanya pengobatan alternatif itu cocok-cocokan. Belum tentu metode pengobatan alternatif tertentu yang cespleng untuk pasien A cocok juga untuk pasien B”....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

bahasa Kendal 1

Indonesia penuh dengan keanekaragaman, termasuk keanekaragaman bahasa... Lama aku nggak tinggal di Kendal, Kelamaan di Solo bikin aku canggung sama bahasa sehari-hari di Kendal sini.. Kadang bikin aku ketawa aja kalo dengernya... Berikut ini adalah beberapa kosa kata yang menurutku aneh... (huwahahahah,,, sok banget sie esti,, mentang2 lama gak di Kendal) 1. porah = luweh = yowes, terserah, ben, jar ne... 2. ngga'a = iya 3. emb-mak = emoh, gak mau.

Penyakit mata pada kura-kura

PIYUT (virut), nama kura-kura aku dan adikku. Tak kasih nama itu karena kalo makan dia lahap banget, kayak virus komputer yang namanya "virut", yang dengan lahap nyerang banyak file simpenan kita. Kita (aku dan adikku) udah merawat dia dari umur 2-3 bulanan sampai sekarang udah hampir 2,5 tahun. Udah 2 kali piyut kena penyakit mata ini, yang pertama sembuh dengan sendirinya, tanpa dikasih obat atau

Kambing Jantan (Monolog & Adelaide Sky)

Film Kambing Jantan garapan Rudi Soedjarwo dan kawan-kawan ini seperti menghipnotisku dari awal sampai akhir cerita. Kisahnya yang ringan bernuansa drama komedi bikin aku untuk sesaat ketawa lalu menangis haru. Ceritanya diambil dari tulisan blognya Raditya dika yang berdasar kisah nyata percintaan dan kehidupan dia. Salah satu bagian yang aku suka itu pas si Raditnya Dika, si pelajar bodoh itu, mutusin untuk pergi ke Melbourne daripada memenuhi permintaan pacarnya si Kebo buat pulang ke Indonesia pas di hari ulang tahun si Kebo.