Tanggal 15 Juli 2012 kemarin tepat 25 tahun usia perkawinan Mami dan Babe. Hari yang cukup special bagi keluarga kami. (njur kelingan jaman semono...)
Yah, walaupun ceritanya akan lebih baik jika ditulis sama Mami & Babe yang mengalami langsung suka duka selama 25 tahun bersama, tapi ijinkan gue, yang juga saksi hidup mereka, yang sedikit tahu tentang suka duka keluarga kami, menulis beberapa hal tentang keluarga yang gue banggakan ini.
Sama seperti keluarga lain, keluarga gue juga nggak lepas dari namanya intrik dan persoalan (cie, bahasanya...). Perjuangan kami, terutama perjuangan ekonomi keluarga kami bisa dibilang susah-susah gampang. Gue jadi inget jaman-jaman melarat dulu, waktu aku masih balita. Waktu kami bangun rumah di purin dengan segenap daya upaya kami. Semua uang tabungan dicadangin buat bikin rumah, prioritas adalah rumah. Urusan makan, pake tempe sambel kecap mah udah biasa. Babe masih sanggup ngecor sendiri, dibantu mamah yang ngerangkai besi tulangannya, dan gue ma Cahyo yang asik maenan pasir.
Gue juga inget, gue masih sering dimarahi Babe karena sering bikin salah. Gue pikir Babe adalah salah satu nominasi Babe tergalak versi gue.
Pas gue SMP, kehidupan gue sekeluarga makin mapan dan makin bahagia. Anak-anak udah mulai bisa mikir mana yang baik dan yang nggak. Gue juga sedikit banyak bersyukur karena gue punya prestasi akademis yang lumayan disekolahan. Itu semua juga ndak lepas dari peran ortu yang selama ini selalu memberikan ruang positif bagi gue untuk tumbuh dan berkembang.
Di usia pernikahan perak ini, cahyo udah kuliah, gue pun udah bisa nyari uang sendiri. Apa yang lebih membahagiakan melihat anak-anak tumbuh menjadi orang-orang yang besar. Yang masih ngganjel mungkin adalah gue yang sampai usia 24 ini belom nemuin jodoh dan belom lulus2. Hehehe.
Yang paling gue ingat dari sosok Mami adalah sikap nrimonya yang penuh kasih sayang. Kalo yang paling berkesan dari sosok Babe adalah sikap 'angel di weling yen wes nduwe karep' dan tanggung jawabnya. Mereka klop, yang satu keras, yang satu lunak..
Sekarang semua hal itu udah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami. Kami udah ndak mikir soal duit lagi, yang dipikir sekarang tinggal bagaimana bisa hidup dengan sehat dan bahagia. Dari semula sampai saat ini kami tetep harmonis, ndak ada pertengkaran yang aneh-aneh, adem, tentrem, masing-masing mengambil peran yang pas pada posisinya. Semoga tetap seperti ini sampai hayat memisahkan kita.
Terimakasih untuk Mami dan Babe yang sudah mengajarkan kasih sayang dan tanggung jawab. Terimakasih untuk semua usaha yang telah dilakukan selama ini untuk kita, memberi suasana yang hommy untuk kami, memberi kesempatan untuk tumbuh di keluarga yang harmonis. Terimakasih telah menjadi Ayah dan Ibu yang hebat bagi kami.
Semoga Allah selalu memberikan rahmatnya kepada kita semua. Aamiin.
NB : perayaan ulang tahun perkawinan dilaksanakan di Sego Wiwit Solo, berbarengan dengan acara arisan keluarga Gremet di Om Sigit.
SO KLW
17 Juli 2012, 13:56 wik
Yah, walaupun ceritanya akan lebih baik jika ditulis sama Mami & Babe yang mengalami langsung suka duka selama 25 tahun bersama, tapi ijinkan gue, yang juga saksi hidup mereka, yang sedikit tahu tentang suka duka keluarga kami, menulis beberapa hal tentang keluarga yang gue banggakan ini.
Sama seperti keluarga lain, keluarga gue juga nggak lepas dari namanya intrik dan persoalan (cie, bahasanya...). Perjuangan kami, terutama perjuangan ekonomi keluarga kami bisa dibilang susah-susah gampang. Gue jadi inget jaman-jaman melarat dulu, waktu aku masih balita. Waktu kami bangun rumah di purin dengan segenap daya upaya kami. Semua uang tabungan dicadangin buat bikin rumah, prioritas adalah rumah. Urusan makan, pake tempe sambel kecap mah udah biasa. Babe masih sanggup ngecor sendiri, dibantu mamah yang ngerangkai besi tulangannya, dan gue ma Cahyo yang asik maenan pasir.
Gue juga inget, gue masih sering dimarahi Babe karena sering bikin salah. Gue pikir Babe adalah salah satu nominasi Babe tergalak versi gue.
Pas gue SMP, kehidupan gue sekeluarga makin mapan dan makin bahagia. Anak-anak udah mulai bisa mikir mana yang baik dan yang nggak. Gue juga sedikit banyak bersyukur karena gue punya prestasi akademis yang lumayan disekolahan. Itu semua juga ndak lepas dari peran ortu yang selama ini selalu memberikan ruang positif bagi gue untuk tumbuh dan berkembang.
Di usia pernikahan perak ini, cahyo udah kuliah, gue pun udah bisa nyari uang sendiri. Apa yang lebih membahagiakan melihat anak-anak tumbuh menjadi orang-orang yang besar. Yang masih ngganjel mungkin adalah gue yang sampai usia 24 ini belom nemuin jodoh dan belom lulus2. Hehehe.
Yang paling gue ingat dari sosok Mami adalah sikap nrimonya yang penuh kasih sayang. Kalo yang paling berkesan dari sosok Babe adalah sikap 'angel di weling yen wes nduwe karep' dan tanggung jawabnya. Mereka klop, yang satu keras, yang satu lunak..
Sekarang semua hal itu udah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami. Kami udah ndak mikir soal duit lagi, yang dipikir sekarang tinggal bagaimana bisa hidup dengan sehat dan bahagia. Dari semula sampai saat ini kami tetep harmonis, ndak ada pertengkaran yang aneh-aneh, adem, tentrem, masing-masing mengambil peran yang pas pada posisinya. Semoga tetap seperti ini sampai hayat memisahkan kita.
Terimakasih untuk Mami dan Babe yang sudah mengajarkan kasih sayang dan tanggung jawab. Terimakasih untuk semua usaha yang telah dilakukan selama ini untuk kita, memberi suasana yang hommy untuk kami, memberi kesempatan untuk tumbuh di keluarga yang harmonis. Terimakasih telah menjadi Ayah dan Ibu yang hebat bagi kami.
Semoga Allah selalu memberikan rahmatnya kepada kita semua. Aamiin.
NB : perayaan ulang tahun perkawinan dilaksanakan di Sego Wiwit Solo, berbarengan dengan acara arisan keluarga Gremet di Om Sigit.
SO KLW
17 Juli 2012, 13:56 wik
haiiii!!!!
BalasHapussalam kenal ya, kunjungi balik dan follow blog aku ya! >_< thanks