[Aku menarik nafas panjang]
Bagaimana aku bisa menjelaskannya.
Semua kalimat pembentuk paragraf menjadi acak.
Tak tahu dimana intinya.
Saat aku sadar aku tak boleh begini.
Saat itu juga aku ingin begini.
Hitam putih serapuh permukaan air.
Semua kalimat pembentuk paragraf menjadi acak.
Tak tahu dimana intinya.
Katamu sudah naluri untuk seperti itu.
Tapi juga sudah naluri untuk tetap dalam jalan yang benar.
Lalu apa yang harus ku lakukan.
Semua kalimat pembentuk paragraf menjadi acak.
Tak tahu dimana intinya.
Membayangkanmu begitu damai.
Tapi mengapa itu begitu salah.
Bagaimana aku harus menata hati.
Semua kalimat pembentuk paragraf menjadi acak.
Tak tahu dimana intinya.
[Berfikir est, pakai logikamu, pekakan rasamu, damaikan hatimu..
Kemudian menarik nafas panjang untuk ke sekian kali..]
Sebenarnya semua mudah.
Andai jarak tak berarti bagi kita.
Andai kita tetap bisa bercerita tanpa norma.
Andai kewajiban dan tugasmu bisa lebih toleran.
Andai aku masih sanggup menunggu yang tersisa.
Andai engkau dapat tulus mencinta.
Semua akan lebih indah...
[kali ini memejamkan mata, lebih lama dari biasanya, dan diakhiri dengan helaan nafas panjang]
Saat semua terbentur dengan nyata.
Bias...
Aku sakit, tapi tak tau bagaimana mengobatinya.
Aku rindu, tapi tak tau cara melepasnya.
Hingga kegilaan perlahan datang.
Memberi ruang nyaman dalam imajinasi.
Aku meracau...
Semua kata pembentuk paragraf menjadi acak.
Tak tahu dimana intinya.
Kendal, 7-7-2014
21:19
Dalam rindu...
Komentar
Posting Komentar